Rabu, 17 Agustus 2022

SOAL UTS MK ILMU BUDAYA DASAR

  Sosiologi


  Sosiologi

 

Kode Mata Kuliah                   : FUD1207F

Mata Kuliah                               : Sosiologi Agama

Semester                                   : 2 (Dua)

Dosen Pengampu                   : Arif Fanani, M.Pd.

Waktu                                         : UTS

 

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

TAHUN AKADEMIK 2021/2022 GENAP

 

1.  Jelaskan pengertian Pengertian sosiologi ? dan Pengertian sosiologi agama?

2.  Apakah yang di maksud dengan agama, dan budaya?

3.  Buatlah resume atau artikel yang bertemakan materi dan bab yang sudah kita pelajari ?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

***SELAMAT MENGERJAKAN***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lembar jawaban

Nama                                                     : Syahla Cantika Rahman

NIM                                                        : 21120015

REG/ Weekend/ SBJS                          : REG

Kode Mata Kuliah                                  : FUD1207F

Mata Kuliah                                           : Sosiologi Agama

Semester                                               : 2 (Dua)

Dosen Pengampu                                 : Arif Fanani, M.Pd.

Waktu                                                    : UTS

Straight Connector 3
 

 


1. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sosiologi mempunyai arti sebagai pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat; ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya.”

Sementara secara harfiah, sosiologi berasal dari gabungan dua kata, yaitu socius” (bahasa Latin) yang berarti kawan dengan logos” (bahasa Yunani) yang bermakna ilmu pengetahuan. Maka bisa disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam bermasyarakat.

Ilmu pengetahuan ini mempelajari perilaku manusia dan masyarakat dalam sebuah kelompok yang sedang dibangun. Contoh kelompok tersebut adalah keluarga, suku bangsa, negara, sampai organisasi politik.

Pada tahun 1838 seorang ilmuwan asal Perancis bernama Auguste Comte memperkenalkan istilah sosiologi di dalam bukunya Cours De La Philosophie Positive”. Comte mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan sosiologi hingga dirinya mendapatkan gelar The Father of Sociology”.

Sejarah juga mencatat ada empat tokoh lain yang menjadi penemu besar dalam bidang ini, yaitu Karl Marx, Max Weber, Herbet Spencer, dan Emile Durkheim.

Sedangkan Sosiologi agama adalah cabang ilmu sosiologi yang mempelajari peran, sejarah, perkembangan dan tema universal dari agama di dalam masyarakat. Dalam sosiologi agama, nilai kebenaran filsafat serta dogma dalam teologi tidak dijadikan sebagai bahan kajian. Sosiologi agama mengkaji tentang kehidupan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat sebagai penggambaran dari keagamaan.

Source : https://www.gramedia.com/literasi/ilmu-sosiologi/ , https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi_agama

 

2. Menurut KBBI, pengertian agama adalah suatu ajaran dan sistem yang mengatur tata keimanan/ kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, serta tata kaidah terkait pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya. Kata Agama” berasal dari bahasa Sansekerta yang secara umum berarti suatu tradisi, dimana A” artinya tidak dan Gama” artinya kacau. Sehingga bila dilihat dari asal katanya, definisi agama adalah suatu peraturan yang dapat menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengarahkan manusia menjadi lebih teratur dan tertib. 

Secara umum, agama dapat didefisinikan sebagai sistem yang mengatur kepercayaan dan peribadatan Kepada Tuhan serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, serta pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatan kehidupan. Masing-masing agama biasanya mempunyai mitologi, simbol, atau sejarah untuk menjelaskan makna hidup dan asal-usul kehidupan atau alam semesta. Kenneth Shouler dalam The Everything World's Religions Book (2010) memperkirakan ada sekitar 4.200 agama di dunia. Edward Burnett Tylor, dikutip dari Seven Theories of Religion (1996) karya Daniel L. Pals, definisi agama adalah kepercayaan seseorang terhadap makhluk spiritual, misalnya roh, jiwa, dan hal-hal lain yang punya peran dalam kehidupan manusia. James George Frazer dalam bukunya berjudul The Golden Bough cenderung sepakat dengan Tylor, namun ia membedakan sihir dengan agama. Menurutnya, agama adalah keyakinan bahwa dunia alam dikuasai oleh satu atau lebih dewa dengan karakteristik pribadi dengan siapa bisa mengaku, bukan oleh hukum.

Source : https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-agama.html

Dalam kajian antropologi, budaya dianggap singkatan dari 'kebudayaan; sehingga tidak ada perbedaan berdasarkan definisinya. Namun, berdasarkan penelusuran dari berbagai literatur, ada beberapa pengertian budaya dan kebudayaan. Dalam bahasa Inggris, budaya dan kebudayaan disebut culture, yang secara etimologi berasal dari kata Latin Colere, yang artinya mengolah atau mengerjakan.

Kata 'culture' juga kadang diterjemahkan sebagai 'kultur' dalam bahasa Indonesia, yang memiliki arti sama dengan kebudayaan.

Budaya merupakan cara hidup yang berkembang serta dimiliki bersama oleh kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Budaya terbentuk dari berbagai unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, perkakas, bahasa, bangunan, pakaian, serta karya seni.

Budaya memengaruhi banyak aspek dalam kehidupan manusia. Seiring berjalannya waktu, budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas dalam peradaban manusia.

Source : https://www.bola.com/ragam/read/4529769/pengertian-budaya-ciri-fungsi-unsur-dan-contohnya-yang-ada-di-indonesia

3. Pendekatan dalam Sosiologi Agama

Banyak dari para ilmuwan telah mengkaji tentang keagamaan dari berbagai disiplin ilmu. Para ilmuwan telah meneliti dari berbagai aspek dari agama, baik itu dari aspek ide maupun perwujudan dalam kenyataan , dari masalah keyakinan sampai dengan pengaruh agama pada kehidupan masyarakat (sosial). Istilah pendekatan atau approach menurut Vernon van Dyke bahwa suatu pendekatan pada prinsipnya adalah ukuran-ukuran untuk memilih masalah-masalah dan data-data yang berkaitan antara satu sama lain. Definisi lain pendekatan atau rancangan ilmiah merupakan bentuk sistematis yang khusus dari seluruh pemikiran dan telaah reflektif.

      

 Adapun pendekatan-pendekatan yang ada dalam sosiologi agama, yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan Institusional

Agama dan perilaku keagamaan dianggap sebagai gejala-gejala yang merupakan faktor yang tak tetap dan tergantung (dependent variable). Tujuan pendekatan institusional ini memperlihatkan bagaimana pelbagai struktur dari institusi dapat menjelaskan perilaku keagamaan..

        

  The Slide Title Goes Here!

2. Pendekatan Fungsional

a) Fungsionalisme Emile Durkheim

Durkheim tertarik kepada unsur-unsur solidaritas masyarakat. Dia mencari prinsip yang mempertalikan anggota masyarakat. Emile Durkheim menyatakan agama harus mempunyai fungsi. Agama bukan ilusi, tetapi merupakan fakta social yang dapat diidentifikasi dan mempunyai kepentingan social. Prinsip ini ditemukan oleh Emile Durkheim pada waktu dia memperlajari masyarakat Aborigin Australia, karena dasar agama terdapat dalam totemism. Bagi Emile Durkheim, agama memainkan peranan yang fungsional, karena agama adalah prinsip solidaritas masyarakat. Dengan demikian Emile Durkheim adalah pelopor fungsionalisme dalam antropologi.

               

   b) Fungsionalisme Weber

Weber mengadakan penelitian mengenai peranan agama dan mengenai pengaruh agama atas etika ekonomi. dalam hal ini Weber mencoba mebuktikan bahwa tanpa reformasi Protestan, kapitalisme barat tidak pernah dapat berkembang.

c) Fungsionalisme Bronislaw Malinowski

Bronislaw Malinowski mengumpulkan data melalui kerja lapangan untuk menulis monografi-monografi, artikel-artikel, dan karangankarangan mengenai beberapa aspek kebudayaan Trobriand.

      

 3. Pendekatan Relasional

a) Weber dan Kharisma

Dalam definisi mengenai charisma, Weber menekankan aspek psikologis. Menurutnya charisma adalah gejala social yang terdapat pada waktu kebutuhan kuat muncul terhadap legitimasi otoritas. Weber menekankan bahwa yang menentukan kebenaran charisma adalah pengakuan pengikutnya. Pengakuan atau kepercayaan kepada tuntutan kekuatan ghaib merupakan unsur integral dalam gejala charisma. Charisma adalah pengakuan terhadap suatu tuntutan social

b) Gerakan Al-Muwahhidun Ibn Tumart

Menurut Ibn Tumart, teologi al-Murabitun adalah teologi antropromorfisme, karena menggambarkan Tuhan sebagai manusia/tajsim.

c) Mahdi Sudan: Muhammad Ahmad bin Abdullah

            

   4. Pendekatan teologis

Pendekatan kewahyuan atau juga dapat disebut pendekatan keyakinan. Penelitian ini biasanya dipakai oleh pemeluk agama itu sendiri untuk menambah keyakinanya atau kebenaran tentang agama yang telah dianut. Pendekatan ini merupakan penelitian penuh dengan subjektivitas dari seorang peneliti dengan syarat untuk kepentingan keyakinan dan prasangka peneliti.

5. Pendekatan keilmuan.

Pendekatan ini memakai metodologi ilmiah, penelitian yang memakai aturan-aturan yang lazim dalam sebuah penelitian. Pendekatan ini memakai kebenaran metodologi tertentu yang dakui kebenaranya di dunia keilmuan secara sistematis dalam cara kerjanya. Pendekatan-pendekatan ilmiah ini bisa dikatakan suatu pengajaran terhadap kebenaran yang diatur olehpertimbangan-pertimbangan logis dan kritis

Sosiologi

 

1.       Sosiologi adalah ilmu yang didalamnya mempelajari serta membahas hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.Secara umum, sosiologi merupakan disiplin ilmu mandiri, yang berdiri sendiri dan telah terlepas dari pengaruh ilmu filsafat. Sebab perkembangan sosiologi memang diawali dengan adanya pengaruh dari filsafat sedangkan.Sosiologi agama sendiri merupakan cabang dari sosiologi umum yang di dalamnya mengkaji fenomena agama dengan menggunakan konsep dan metode sosiologi. Sosiologi agama tidak berusaha membuktikan kebenaran keberadaan Tuhan atau memahami kepercayaan-kepercayaan agama dan menjelaskan bagaimana hal tersebut berhubungan dengan pandangan dunia, praktik-praktik dan identitas dan perbedaan bentuk ekspresi agama dan interelasinya dengan domain lain tindakan individu dan sosial. Sosiologi agama mempelajari peran agama dalam lingkup masyarakat baik itu praktiknya, latar belakang, perkembangan serta tema universal suatu agama di dalam masyarakat. Ibnu Khaldun percaya kesatuan masyarakat sosial dapat ditingkatkan dengan adanya kesatuan agama. Perubahan sosial masyarakat mengikuti hukum mempiris yang ditemukan.

 

2.       Agama, merupakan sesuatu yang dapat merubah perilaku seseorang sebab, agama berisi tentang aturan aturan yang bisa membawa seseorang ke arah yang lebih baik. Karena, setiap agama pastilah mempunyai maksud maksud tertentu agar penganutnya menjadi lebih terarah.sedangkan Budaya memiliki arti akal budi, secara umum, budaya dapat diartikan sebagai suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompoh manusia, yang telah berkembang dan diturunkan dari generasi ke generaasi dari sesepuh kelompok tersebut.

 

 

3.       SOSIOLOGI AGAMA.

Sosiologi agama adalah cabang ilmu sosiologi yang mempelajari peran, sejarah, perkembangan dan tema universal dari agama di dalam masyarakat. Dalam sosiologi agama, nilai kebenaran filsafat serta dogma dalam teologi tidak dijadikan sebagai bahan kajian.

Perubahan besar dalam Pencerahan, terus mengembangkan sapanjang revolusioner abad ke-18 Masehi Dengan struktur yang berubah dengan cepat dari masyarakat lama dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terbukti, terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri dan revolusi Perancis. Shock yang disebabkan oleh dampak dari revolusi ketiga ini di seluruh dunia. Para ilmuwan tertarik, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.

Karena adanya krisis-krisis yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya, Laeyendecker  mengaitkan kelahiran sosiologi dengan serangkaian perubahan dan krisis yang terjadi di Eropa Barat. Proses perubahan dan krisisyang diidentifikasikan Laeyendecker adalah tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke–15, perubahan-perubahan sosial di bidang politik, perubahan berkenaan dengan reformasi Martin Luther, meningkatnya individualisme, lahirnya ilmu pengetahuan modern, berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri, dan revolusi industri pada abad ke–18, serta terjadinya revolusi Perancis.

Sosiologi mulai memperoleh bentuk dan diakui eksistensisnya sekitar abad ke–19, tidaklah berarti bahwa baru pada waktu itu orang memperoleh tentang bagaimana masyarakat dan interaksi sosial. Jauh sebelum Auguste Comte memproklamirkan kehadiran sosiologi, orang-orang telah memiliki pengetahuan tentang kehidupannya yang diperoleh dari pengalamannya. Namun karena belum dirumuskan dengan metode yang mantap pengetahuan mereka disebut pengetahuan sosial, bukan pengetahuan ilmiah. Kemudian Auguste Comte menulis buku-buku tentang berbagai pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urutan tertentu berdasarkan logika dan setiap penelitian dilakukan melalui tahap-tahap tertentu untuk mencapai tahap akhir. tahap ilmiah. Namun diberikan tatkala itu pada ilmu yang baru tersebut pada tahun 1839 adalah “sosiology” yang berasal dari bahasa latin socius yang berarti “kawan“ dan bahasa Yunani logos yang berarti “kata” atau “berbicara”, jadi sosiologi berarti “berbicara mengenai masyarakat.”

Perkembangan sosiologi yang makin mantap terjadi tahun 1895, yakni pada saat Emile Durkheim menerbitkan bukunya yang berjudul “Rules of Sociological Method”.Pada saat ini diakui banyak pihak sebagai “Bapak Metodologi Sosiologi”, dan bahkan Reiss lebih setuju menyebutkanEmile Durkheim sebagai penyumbang utama kemunculan sosiologi. Pendiri sosiologi lainnya, Max Weber memiliki pendekatan yang berbeda dengan Durkheim. Menurut Weber, sebagai ilmu yang mencoba memahami masyarakat dan perubahan-peubahan yang terjadi di dalamnya, sosiologi tidak semestinnya berikut pada soal-soal pengukuran yang sifatnya kuantitatifyangsekedar mengkaji pengaruh faktor-faktor eksternalitas, tetapi sosiologi bergerak pada upaya memahami di tingkat makna dan mencoba mencari penjelasan pada faktor-faktor internal yang ada pada masyarakat itu sendiri.

Memasuki abad ke-20, perkembangan sosiologi makin variatif. Dipelopori tokoh-tokoh ilmu sosial kontemporer, terutama Anthony Giddens, fokus minat sosiologi dewasa ini bergeser dari structures ke agency, Padaera tahun 2000-an ini, perkembangan sosiologi semakin mantap dan kehadirannya diakui banyak pihak, memberikan sumbangan yang sangat penting bagi usaha pembangunan dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Bidang-bidang kajian sosiologi juga terus berkembang makin variatif dan menembus batas-batas disiplin ilmu lain. Horton dan Hunt, misalnya mencatat sejumlah bidang kajian sosiologi yang saat ini telah dikenal dan banyak dikembangkan. Di tahun-tahun berikut, seiring dengan perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, bisa diramalkan bahwa perkembangan sosiologi juga akan makin beragam dan makin penting.

 

Pengertian sosiologi dan Pengertian sosiologi agama

 1.  Jelaskan pengertian Pengertian sosiologi ? dan Pengertian sosiologi agama?

2.  Apakah yang di maksud dengan agama, dan budaya?

3.  Buatlah resume atau artikel yang bertemakan materi dan bab yang sudah kita pelajari ?

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sosiologi mempunyai arti sebagai pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat; ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya.”

Sementara secara harfiah, sosiologi berasal dari gabungan dua kata, yaitu socius” (bahasa Latin) yang berarti kawan dengan logos” (bahasa Yunani) yang bermakna ilmu pengetahuan. Maka bisa disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam bermasyarakat.

Ilmu pengetahuan ini mempelajari perilaku manusia dan masyarakat dalam sebuah kelompok yang sedang dibangun. Contoh kelompok tersebut adalah keluarga, suku bangsa, negara, sampai organisasi politik.

Pada tahun 1838 seorang ilmuwan asal Perancis bernama Auguste Comte memperkenalkan istilah sosiologi di dalam bukunya Cours De La Philosophie Positive”. Comte mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan sosiologi hingga dirinya mendapatkan gelar The Father of Sociology”.

Sejarah juga mencatat ada empat tokoh lain yang menjadi penemu besar dalam bidang ini, yaitu Karl Marx, Max Weber, Herbet Spencer, dan Emile Durkheim.

Sedangkan Sosiologi agama adalah cabang ilmu sosiologi yang mempelajari peran, sejarah, perkembangan dan tema universal dari agama di dalam masyarakat. Dalam sosiologi agama, nilai kebenaran filsafat serta dogma dalam teologi tidak dijadikan sebagai bahan kajian. Sosiologi agama mengkaji tentang kehidupan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat sebagai penggambaran dari keagamaan.

Source : https://www.gramedia.com/literasi/ilmu-sosiologi/ , https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi_agama

 

2. Menurut KBBI, pengertian agama adalah suatu ajaran dan sistem yang mengatur tata keimanan/ kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, serta tata kaidah terkait pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya. Kata Agama” berasal dari bahasa Sansekerta yang secara umum berarti suatu tradisi, dimana A” artinya tidak dan Gama” artinya kacau. Sehingga bila dilihat dari asal katanya, definisi agama adalah suatu peraturan yang dapat menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengarahkan manusia menjadi lebih teratur dan tertib. 

Secara umum, agama dapat didefisinikan sebagai sistem yang mengatur kepercayaan dan peribadatan Kepada Tuhan serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, serta pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatan kehidupan. Masing-masing agama biasanya mempunyai mitologi, simbol, atau sejarah untuk menjelaskan makna hidup dan asal-usul kehidupan atau alam semesta. Kenneth Shouler dalam The Everything World's Religions Book (2010) memperkirakan ada sekitar 4.200 agama di dunia. Edward Burnett Tylor, dikutip dari Seven Theories of Religion (1996) karya Daniel L. Pals, definisi agama adalah kepercayaan seseorang terhadap makhluk spiritual, misalnya roh, jiwa, dan hal-hal lain yang punya peran dalam kehidupan manusia. James George Frazer dalam bukunya berjudul The Golden Bough cenderung sepakat dengan Tylor, namun ia membedakan sihir dengan agama. Menurutnya, agama adalah keyakinan bahwa dunia alam dikuasai oleh satu atau lebih dewa dengan karakteristik pribadi dengan siapa bisa mengaku, bukan oleh hukum.

Source : https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-agama.html

Dalam kajian antropologi, budaya dianggap singkatan dari 'kebudayaan; sehingga tidak ada perbedaan berdasarkan definisinya. Namun, berdasarkan penelusuran dari berbagai literatur, ada beberapa pengertian budaya dan kebudayaan. Dalam bahasa Inggris, budaya dan kebudayaan disebut culture, yang secara etimologi berasal dari kata Latin Colere, yang artinya mengolah atau mengerjakan.

Kata 'culture' juga kadang diterjemahkan sebagai 'kultur' dalam bahasa Indonesia, yang memiliki arti sama dengan kebudayaan.

Budaya merupakan cara hidup yang berkembang serta dimiliki bersama oleh kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Budaya terbentuk dari berbagai unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, perkakas, bahasa, bangunan, pakaian, serta karya seni.

Budaya memengaruhi banyak aspek dalam kehidupan manusia. Seiring berjalannya waktu, budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas dalam peradaban manusia.

Source : https://www.bola.com/ragam/read/4529769/pengertian-budaya-ciri-fungsi-unsur-dan-contohnya-yang-ada-di-indonesia

3. Pendekatan dalam Sosiologi Agama

Banyak dari para ilmuwan telah mengkaji tentang keagamaan dari berbagai disiplin ilmu. Para ilmuwan telah meneliti dari berbagai aspek dari agama, baik itu dari aspek ide maupun perwujudan dalam kenyataan , dari masalah keyakinan sampai dengan pengaruh agama pada kehidupan masyarakat (sosial). Istilah pendekatan atau approach menurut Vernon van Dyke bahwa suatu pendekatan pada prinsipnya adalah ukuran-ukuran untuk memilih masalah-masalah dan data-data yang berkaitan antara satu sama lain. Definisi lain pendekatan atau rancangan ilmiah merupakan bentuk sistematis yang khusus dari seluruh pemikiran dan telaah reflektif.

      

 Adapun pendekatan-pendekatan yang ada dalam sosiologi agama, yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan Institusional

Agama dan perilaku keagamaan dianggap sebagai gejala-gejala yang merupakan faktor yang tak tetap dan tergantung (dependent variable). Tujuan pendekatan institusional ini memperlihatkan bagaimana pelbagai struktur dari institusi dapat menjelaskan perilaku keagamaan..

        

  The Slide Title Goes Here!

2. Pendekatan Fungsional

a) Fungsionalisme Emile Durkheim

Durkheim tertarik kepada unsur-unsur solidaritas masyarakat. Dia mencari prinsip yang mempertalikan anggota masyarakat. Emile Durkheim menyatakan agama harus mempunyai fungsi. Agama bukan ilusi, tetapi merupakan fakta social yang dapat diidentifikasi dan mempunyai kepentingan social. Prinsip ini ditemukan oleh Emile Durkheim pada waktu dia memperlajari masyarakat Aborigin Australia, karena dasar agama terdapat dalam totemism. Bagi Emile Durkheim, agama memainkan peranan yang fungsional, karena agama adalah prinsip solidaritas masyarakat. Dengan demikian Emile Durkheim adalah pelopor fungsionalisme dalam antropologi.

               

   b) Fungsionalisme Weber

Weber mengadakan penelitian mengenai peranan agama dan mengenai pengaruh agama atas etika ekonomi. dalam hal ini Weber mencoba mebuktikan bahwa tanpa reformasi Protestan, kapitalisme barat tidak pernah dapat berkembang.

c) Fungsionalisme Bronislaw Malinowski

Bronislaw Malinowski mengumpulkan data melalui kerja lapangan untuk menulis monografi-monografi, artikel-artikel, dan karangankarangan mengenai beberapa aspek kebudayaan Trobriand.

      

 3. Pendekatan Relasional

a) Weber dan Kharisma

Dalam definisi mengenai charisma, Weber menekankan aspek psikologis. Menurutnya charisma adalah gejala social yang terdapat pada waktu kebutuhan kuat muncul terhadap legitimasi otoritas. Weber menekankan bahwa yang menentukan kebenaran charisma adalah pengakuan pengikutnya. Pengakuan atau kepercayaan kepada tuntutan kekuatan ghaib merupakan unsur integral dalam gejala charisma. Charisma adalah pengakuan terhadap suatu tuntutan social

b) Gerakan Al-Muwahhidun Ibn Tumart

Menurut Ibn Tumart, teologi al-Murabitun adalah teologi antropromorfisme, karena menggambarkan Tuhan sebagai manusia/tajsim.

c) Mahdi Sudan: Muhammad Ahmad bin Abdullah

            

   4. Pendekatan teologis

Pendekatan kewahyuan atau juga dapat disebut pendekatan keyakinan. Penelitian ini biasanya dipakai oleh pemeluk agama itu sendiri untuk menambah keyakinanya atau kebenaran tentang agama yang telah dianut. Pendekatan ini merupakan penelitian penuh dengan subjektivitas dari seorang peneliti dengan syarat untuk kepentingan keyakinan dan prasangka peneliti.

5. Pendekatan keilmuan.

Pendekatan ini memakai metodologi ilmiah, penelitian yang memakai aturan-aturan yang lazim dalam sebuah penelitian. Pendekatan ini memakai kebenaran metodologi tertentu yang dakui kebenaranya di dunia keilmuan secara sistematis dalam cara kerjanya. Pendekatan-pendekatan ilmiah ini bisa dikatakan suatu pengajaran terhadap kebenaran yang diatur olehpertimbangan-pertimbangan logis dan kritis

Selasa, 16 Agustus 2022

Resume " Terjadinya Sunni-Syiah"

 

Resume " Terjadinya Sunni-Syiah"

 

Terjadinya Penyerangan pada perayaan lebaran ketupat warga Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Sampang pada hari minggu 26 Agustus 2012 oleh warga sunni menjadi suatu hal yang memantik keingintahuan penulis untuk menelaah lebih dalam sebenarnya apa yang mendasari konflik Sunni-Syiah ini. Dalam mendalami akar penyebab konflik Sunni-Syiah ini penulis mencoba menggunakan pendekatan historis dengan mengurai awal mula munculnya konflik kelompok-kelompok dalam Islam ini.

Jika kita flashback melihat sejarah dari munculnya firqoh-firqoh dalam islam ini. Kita dapat memulainya dari awal sejarah Islam dimana baik Sunni maupun Syiah memandang dirinya sebagai kepercayaan yang murni. Perbedaan Sunni maupun Syiah bukan hanya terletak pada pemahaman sejarah Islam, teologi dan hukum tetapi juga dalam keyakinan dan keimanan sehingga menghasilkan attitude yang berbeda diantara pengikut firqoh-firqoh ini.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad S.A.W. pada tahun 632 M. Mayoritas muslim pada waktu itu (nenek moyang Sunni) memilih pengganti nabi berdasarkan tradisi kesukuannya yaitu memilih orang yang paling senior dan dihormati untuk menjadi ketua kelompok (ummat). Justifikasi mereka atas tindakan mereka adalah pernyataan nabi yaitu: “Orang-orangku tidak akan bersama-sama setuju pada kesalahan”.

Perspektif Sunni memandang bahwa pengganti Nabi tidak perlu memiliki kualitas beragama yang khusus namun cukup muslim biasa yang dapat menjadi contoh dan mampu mengarahkan secara baik hal-hal yang menyangkut urusan keagamaan dan politik kelompoknya. Hal inilah yang menjadi justifkasi kaum Sunni pada kepemimpinan Dinasti Ummayah (661 M-750 M). Walaupun kurang dalam otoritas keagamaan namun Dinasti Ummayah menjamin bahwa keimanan diajarkan sesuai kebutuhan dan mendelegasikan keputusan-keputusan untuk masalah keagamaan kepada para Ulama (Lambton, 1981). Ungkapan kaum Sunni yang terkenal dalam hal ini yaitu: “Lebih baik enam puluh tahun di bawah kekuasaan tirani daripada satu hari hidup dalam pertentangan”.

Perspektif Sunni tersebut menjadi sesuatu yang dipermasalahkan oleh sebagian muslim yang lain dan Syiah menjadi kelompok muslim yang tidak setuju dengan pemahaman Sunni itu. Hal tersebut didasari juga oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah wafatnya nabi diantaranya adalah pembunuhan Ali, perubahan Kekhalifahan menjadi Monarki dan pemisahan antara aspek agama dan politik di era kekhalifahan Umayyah.

Dalam perspektif Syiah peristiwa-peristiwa tersebut diatas terjadi bukan karena takdir Allah S.W.T. Namun itu semua terjadi karena kebodohan manusia. Pangkal permasalahannya adalah kesalahan dalam memilih pemimpin. Menurut mereka (Syiah) Allah S.W.T. tidak mempercayakan kepemimpinan ditangan orang biasa yang dipilih melalui pemilihan, namun sebaliknya Allah S.W.T telah mempercayakan agama Islam ini pada keluarga nabi yang biasa disebut sebagai ahlal-byt karena dalam darah mereka mengalir darah nabi. Pendapat Syiah inilah yang menyebabkan akhirnya mereka tidak mengakui legitimasi dari tiga khalifah sebelum Ali. Dalam pandangan Syiah hanya Ali yang pantas menjadi penerus nabi karena Ali adalah sepupu, anak asuh sekaligus menantu Nabi.

Kaum Syiah memandang bahwa nabi telah memilih Ali sebagai penerusnya dan telah membuat sebuah pengakuan dalam sebuah kesempatan di Ghadir Khumm ketika beliau menjalankan prosesi haji wada’ (haji terakhir nabi sebelum meninggal dunia). Beliau mengatakan “Siapapun yang mengakui aku sebagai pemimpin akan juga mengakui Ali sebagai pemimpinnya”. Pernyataan nabi inilah yang menjadi dasar pendirian kaum Syiah dalam menyatakan bahwa seharusnya Ali yang menjadi penerus nabi setelah meninggal dunia bukannya Abu Bakar, Umar ataupun Usman.

Perbedaan pemahaman antara Sunni-Syiah ternyata tidak hanya selesai pada siapa yang pantas menggantikan nabi, namun berlanjut juga pada fungsi dari penerus nabi tersebut. Dalam hal ini Sunni memandang bahwa penerus nabi hanya bisa dilanjutkan oleh orang yang mampu berperan sebagai pemimpin kaum muslim bukan hanya dari kedekatannya denga nabi atau Allah S.W.T sehingga kaum Sunni beranggapan konsensus kaum muslim yang memilih Abu Bakar dan khilafah-khilafah berikutnya mencerminkan attitude Islam yang benar.

Hal yang berbeda ada dalam pandangan kaum Syiah, menurut mereka manusia memiliki potensi untuk melakukan kesalahan oleh karena itulah manusia membutuhkan tuntunan nabi. Setelah wafatnya nabi maka yang bisa menuntun manusia adalah orang suci dan dihormati sesuai dengan ajaran agama (Shobani 2001, p. 96). Berdasarkan hal tersebut maka menurut Syiah Keturunan Ali merupakan penerus dari nabi untuk memberikan bantuan tersebut. Â

Berdasarkan penjabaran diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya awal munculnya perpecahan dalam Ummat Islam lebih banyak disebabkan oleh perbedaan persepsi tentang siapa yang seharusnya memimpin Ummat ini. Perbedaan ini menurut penulis sebenarnya merupakan hal yang wajar karena “Li Kulli Ro’sin Ro’yun” (Setiap Orang Pasti Memiliki Ide sendiri-sendiri) begitupun yang terjadi pada pertentangan antara Sunni-Syiah. Hal yang lebih penting saat ini adalah bagaimana menyikapi perbedaan tersebut. Dalam kasus Indonesia yang notabene mayoritas adalah penganut Sunni harusnya mampu untuk menyikapi perbedaan ini agar jangan sampai kejadian yang terjadi pada penganut Syiah di Sampang, Madura terulang lagi pada penganut Syiah di tempat lain.

Perbedaan antara Sunni-Syiah disini bukanlah sebenarnya pada aspek Diennya tapi lebih kepada aspek pemahaman siapa yang lebih pantas untuk menggantikan nabi. Kita berharap semoga tidak terjadi lagi konflik antara sesama penduduk Indonesia karena kita harus mengingat kembali kepada aspek kebangsaan kita yang telah di create oleh para Founding Fathers bangsa ini yaitu Bhineka Tunggal Ika (Walaupun berbeda-beda Tetapi Tetap Satu Jua).

SUNNI DAN SYIAH

 

SUNNI DAN SYIAH

Sunni dan Syiah adalah dua aliran besar dalam Islam yang lahir setelah Nabi Muhammad wafat pada 632 M.

Penganut Islam Sunni berpendapat bahwa penerus nabi dapat dipilih lewat konsensus. Hal yang paling penting adalah mereka mengikuti sunah Rasulullah.

Sedangkan Islam Syiah meyakini hanya keturunan Nabi Muhammad yang pantas menjadi khalifah.

Perbedaan pendapat antara dua aliran terbesar dalam Islam ini semakin meluas pasca terbunuhnya cucu Rasulullah dalam Pertempuran Karbala (680 M).

Sejak itu, Sunni dan Syiah resmi mengalami perpecahan dan terus bersengketa. Konflik yang berujung pada peperangan di antara keduanya pun masih berlangsung hingga sekarang, terutama di kawasan Timur Tengah.

Perbedaan pandangan terhadap ajaran Islam di antara keduanya sering disebut sebagai sumber konflik.

Namun, perselisihan di antara Sunni dan Syiah di masa kini sebenarnya tidak hanya sebatas masalah aliran agama, tetapi juga merambah bidang geopolitik.

Lantas, sebenarnya apa perbedaan antara Syiah dan Sunni?

-Perbedaan Sunni dan Syiah

Sekitar 10 persen dari umat Muslim di dunia adalah penganut Islam Syiah. Mereka paling banyak tinggal di Iran, Azerbaijan, Bahrain, Lebanon, dan Irak.

Sementara golongan Islam Sunni, yang menjadi mayoritas, tersebar di negara-negara Arab, Turki, Pakistan, India, Malaysia, hingga Indonesia.

Meski terpecah, Sunni dan Syiah masih sependapat tentang beberapa aspek dalam ajaran Islam.

Misalnya, keduanya sepakat hanya ada satu Allah, Muhammad adalah nabi terakhir, dan meyakini Al-Quran adalah kitab suci umat Islam.

Bahkan dalam sejarahnya, penganut Islam Sunni dan Syiah juga pernah hidup berdampingan dengan damai.

Berikut ini sejumlah perbedaan Sunni dan Syiah yang membuat kedua aliran ini terus bersengketa.

-Konsep tauhid

Konsep tauhid dalam keyakinan Syiah dan Sunni memilik sejumlah titik pembeda yang sangat khas.

Dalam keyakinan Syiah, tauhid yang murni harus dikonsepsikan dengan Imamah. Syiah menganggap Ali dan para pemimpin keturunan Nabi Muhammad sebagai imam, yakni sosok wali Allah yang ajarannya tidak mungkin salah.

Itulah sebabnya, keimanan seseorang dianggap tidak sah meski secara tulus beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, jika tidak ditopang oleh kepercayaan terhadap keimamahan Syiah.

 

Berbeda dengan Islam Sunni, yang menganggap khalifah dan imam sebagai jabatan setara kepala negara yang dapat dipilih melalui majelis, sehingga tidak terkait dengan ajaran tauhid.

Sunni justru memandang tauhid seseorang bisa rusak apabila mengkultuskan seorang manusia melebihi derajat nabi dan malaikat.

Hal inilah yang kemudian membuat Sunni kerap memandang Syiah bukan lagi Islam, karena keyakinannya telah melenceng dan sesat.

-Rukun iman

Rukun iman Muslim Sunni dan Syiah secara garis besar masih sama, hanya beberapa penyebutannya saja yang berbeda.

Satu hal yang paling mencolok adalah, Muslim Syiah juga mengimani imamah, yakni adanya imam yang senantiasa memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian.

-Berikut ini enam rukun iman Muslim Sunni.

Iman kepada Allah

Iman kepada para malaikat

Iman kepada kitab-kitab Allah

Iman kepada nabi dan rasul

Iman kepada hari akhir

Iman kepada qada dan qadar.

Sedangkan Muslim Syiah memiliki lima rukun iman, yaitu:

Iman kepada Allah

Iman kepada imamah

Iman kepada nabi, rasul, kitab, dan malaikat (nubuwwah)

Iman kepada hari akhir (al-maad)

Iman kepada keadilan Allah (al adlu)

-Rukun Islam

Rukun Islam umat Sunni adalah syahadat, shalat, puasa, zakat, dan menunaikan haji. Sedangkan bagi Muslim Syiah, syahadat tidak termasuk dalam rukun Islam.

Hanya saja, syahadat tetap harus diikrarkan ketika seseorang hendak memeluk Islam. Rukun Islam aliran Syiah adalah shalat, zakat, puasa, haji, dan wilayah.

-Berwudhu

Dalam berwudhu, Muslim Syiah mengikuti anjuran surah Al-Maidah ayat 6, yaitu membasuh muka dan kedua tangan hingga siku, mengusap rambut dan kedua punggung kaki.

Sedangkan tata cara wudhu bagi Muslim Sunni adalah mengikuti sunah, yaitu dengan cuci tangan, kumur-kumur, menghirup air dalam hidung, dan mengusap telinga.

-Beribadah

Muslim Sunni dan Syiah sama-sama menjalankan shalat lima waktu. Namun, dalam situasi tertentu, seperti bepergian misalnya, Muslim Sunni memperbolehkan shalat jamak, yaitu meringkas dua waktu shalat dalam satu waktu.

Selain itu, Muslim Sunni sering menempatkan sajadah untuk shalat dan jamaah laki-lakinya kerap mengenakan kopiah, sedangkan Muslim Syiah tidak.

-Hadis dan mazhab

Hadis yang digunakan oleh kedua aliran ini berbeda. Muslim Sunni menggunakan enam hadis, yakni al-Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu Dawud, al-Turmudzi, dan al-Nasa'i.

Selain itu, terdapat empat mazhab yang paling banyak diikuti oleh Muslim Sunni, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali.

Sedangkan Muslim Syiah hanya menggunakan empat hadis dan memiliki tiga mazhab utama, yaitu Zaydi, Ismaili, dan Ashariyya.

-Referensi:

Hasib, Kholili. (2014). Sunni dan Syiah, Mustahil Bersatu. Bandung: Tafakur.