1.
Sosiologi adalah ilmu yang didalamnya
mempelajari serta membahas hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.Secara
umum, sosiologi merupakan disiplin ilmu mandiri, yang berdiri sendiri dan telah
terlepas dari pengaruh ilmu filsafat. Sebab perkembangan sosiologi memang
diawali dengan adanya pengaruh dari filsafat sedangkan.Sosiologi agama sendiri
merupakan cabang dari sosiologi umum yang di dalamnya mengkaji fenomena agama
dengan menggunakan konsep dan metode sosiologi. Sosiologi agama tidak berusaha
membuktikan kebenaran keberadaan Tuhan atau memahami kepercayaan-kepercayaan
agama dan menjelaskan bagaimana hal tersebut berhubungan dengan pandangan
dunia, praktik-praktik dan identitas dan perbedaan bentuk ekspresi agama dan
interelasinya dengan domain lain tindakan individu dan sosial. Sosiologi agama
mempelajari peran agama dalam lingkup masyarakat baik itu praktiknya, latar
belakang, perkembangan serta tema universal suatu agama di dalam masyarakat.
Ibnu Khaldun percaya kesatuan masyarakat sosial dapat ditingkatkan dengan
adanya kesatuan agama. Perubahan sosial masyarakat mengikuti hukum mempiris
yang ditemukan.
2.
Agama, merupakan sesuatu yang dapat
merubah perilaku seseorang sebab, agama berisi tentang aturan aturan yang bisa
membawa seseorang ke arah yang lebih baik. Karena, setiap agama pastilah
mempunyai maksud maksud tertentu agar penganutnya menjadi lebih
terarah.sedangkan Budaya memiliki arti akal budi, secara umum, budaya dapat
diartikan sebagai suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompoh manusia, yang
telah berkembang dan diturunkan dari generasi ke generaasi dari sesepuh kelompok
tersebut.
3.
SOSIOLOGI AGAMA.
Sosiologi
agama adalah cabang ilmu sosiologi yang mempelajari peran, sejarah,
perkembangan dan tema universal dari agama di dalam masyarakat. Dalam sosiologi
agama, nilai kebenaran filsafat serta dogma dalam teologi tidak dijadikan
sebagai bahan kajian.
Perubahan
besar dalam Pencerahan, terus mengembangkan sapanjang revolusioner abad ke-18
Masehi Dengan struktur yang berubah dengan cepat dari masyarakat lama dengan
struktur yang lebih baru. Hal ini terbukti, terutama dalam revolusi Amerika,
revolusi industri dan revolusi Perancis. Shock yang disebabkan oleh dampak dari
revolusi ketiga ini di seluruh dunia. Para ilmuwan tertarik, mereka mulai
menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.
Karena
adanya krisis-krisis yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya, Laeyendecker mengaitkan kelahiran sosiologi dengan
serangkaian perubahan dan krisis yang terjadi di Eropa Barat. Proses perubahan
dan krisisyang diidentifikasikan Laeyendecker adalah tumbuhnya kapitalisme pada
akhir abad ke–15, perubahan-perubahan sosial di bidang politik, perubahan
berkenaan dengan reformasi Martin Luther, meningkatnya individualisme, lahirnya
ilmu pengetahuan modern, berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri, dan
revolusi industri pada abad ke–18, serta terjadinya revolusi Perancis.
Sosiologi
mulai memperoleh bentuk dan diakui eksistensisnya sekitar abad ke–19, tidaklah
berarti bahwa baru pada waktu itu orang memperoleh tentang bagaimana masyarakat
dan interaksi sosial. Jauh sebelum Auguste Comte memproklamirkan kehadiran
sosiologi, orang-orang telah memiliki pengetahuan tentang kehidupannya yang
diperoleh dari pengalamannya. Namun karena belum dirumuskan dengan metode yang
mantap pengetahuan mereka disebut pengetahuan sosial, bukan pengetahuan ilmiah.
Kemudian Auguste Comte menulis buku-buku tentang berbagai pendekatan umum untuk
mempelajari masyarakat. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urutan
tertentu berdasarkan logika dan setiap penelitian dilakukan melalui tahap-tahap
tertentu untuk mencapai tahap akhir. tahap ilmiah. Namun diberikan tatkala itu
pada ilmu yang baru tersebut pada tahun 1839 adalah “sosiology” yang berasal
dari bahasa latin socius yang berarti “kawan“ dan bahasa Yunani logos yang
berarti “kata” atau “berbicara”, jadi sosiologi berarti “berbicara mengenai
masyarakat.”
Perkembangan
sosiologi yang makin mantap terjadi tahun 1895, yakni pada saat Emile Durkheim
menerbitkan bukunya yang berjudul “Rules of Sociological Method”.Pada saat ini
diakui banyak pihak sebagai “Bapak Metodologi Sosiologi”, dan bahkan Reiss
lebih setuju menyebutkanEmile Durkheim sebagai penyumbang utama kemunculan
sosiologi. Pendiri sosiologi lainnya, Max Weber memiliki pendekatan yang
berbeda dengan Durkheim. Menurut Weber, sebagai ilmu yang mencoba memahami
masyarakat dan perubahan-peubahan yang terjadi di dalamnya, sosiologi tidak
semestinnya berikut pada soal-soal pengukuran yang sifatnya
kuantitatifyangsekedar mengkaji pengaruh faktor-faktor eksternalitas, tetapi
sosiologi bergerak pada upaya memahami di tingkat makna dan mencoba mencari
penjelasan pada faktor-faktor internal yang ada pada masyarakat itu sendiri.
Memasuki
abad ke-20, perkembangan sosiologi makin variatif. Dipelopori tokoh-tokoh ilmu
sosial kontemporer, terutama Anthony Giddens, fokus minat sosiologi dewasa ini
bergeser dari structures ke agency, Padaera tahun 2000-an ini, perkembangan
sosiologi semakin mantap dan kehadirannya diakui banyak pihak, memberikan
sumbangan yang sangat penting bagi usaha pembangunan dan kehidupan sehari-hari
masyarakat. Bidang-bidang kajian sosiologi juga terus berkembang makin variatif
dan menembus batas-batas disiplin ilmu lain. Horton dan Hunt, misalnya mencatat
sejumlah bidang kajian sosiologi yang saat ini telah dikenal dan banyak
dikembangkan. Di tahun-tahun berikut, seiring dengan perkembangan masyarakat
yang semakin kompleks, bisa diramalkan bahwa perkembangan sosiologi juga akan
makin beragam dan makin penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar